MEMAHAMI MAKNA KEHIDUPAN
DI BALIK IBADAH KURBAN
KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1424 H/2004 M
DI DEPAN JAMA‘AH MASJID AL-MUHSININ
TAMAN ALFA INDAH JOGLO JAKARTA BARAT
1 FEBRUARI 2004
Oleh:
Asril Dt. Paduko Sindo
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر الله أكبر الله أكبر (3X) لاإله إلا الله هو الله أكبر ألله أكبرولله الحمد
الحمدلله رب العالمين والعاقبة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين
والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين
أشهد أن لاإله إلاالله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لانبى بعده
أما بعد, فياأيها الحاضرون الكرام أوصيكم بتقوى الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
Ibu2/Bapak2/Saudara2, Jamaah ‘Idul Adha Rahimakumullah!
Pada hari ini, kita umat Islam di seluruh penjuru dunia menyambut dan merayakan ‘Idul Adha, Hari Raya Berkurban, atau disebut juga Hari Raya Haji, karena pada hari ini disyari’atkan untuk menyembelih hewan kurban dan melaksanakan ibadah haji bagi mereka yang mampu. Lebih dari dua juta umat Islam dari berbagai bangsa dengan aneka ragam profesi dan status sosial, saat ini, sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci, Makkah al-Mukarramah. Marilah kita berdoa untuk saudara-saudara kita yang sebentar lagi akan menyembelih hewan kurban serta mereka yang tengah berhaji di tanah suci semoga mereka semua dapat melaksanakan ibadah ini sesuai dengan tuntunan Allah swt. sehingga mereka memperoleh balasan pahala seperti yang telah dijanjikanNya. Sementara kita yang belum dapat melaksanakannya pada tahun ini, sama-sama berdoa, insya Allah akan mendapat kesempatan pula di masa-masa yang akan datang.
Dalam kesempatan baik ini, saya mengajak kita semua untuk sejenak merenung dan menghayati butir-butir ajaran Islam yang terkait dengan pelaksanaan ibadah ini.
Kaum Muslimin Jamaah ´Idul Adha yang berbahagia!
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. Manusia bukanlah suatu realitas yang muncul dengan sendirinya atau atas kehendaknya masing-masing. Inilah ajaran yang pertama sekali diterima oleh Nabi Muhammad saw ketika beliau bertahannuts dan menrima wahyu pertama di Gua Hira`.Tentu saja, di balik pernyataan ini, perlu disadari bahwa penciptaan manusia oleh Allah swt punya tujuan yang sudah ditentukan.
Agama Islam, pada hakikatnya, adalah petunjuk dan pedoman yang diberikan oleh Allah swt. agar manusia dapat mengetahui tujuan hidupnya serta menjalani kehidupan dunia ini sesuai dengan tujuan dan kehendak Allah swt yang telah menciptakannya. Ajaran Islam yang termuat di dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw telah menjelaskan siapa kita serta bagaimana kita harus bertindak dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Islam adalah pedoman hidup (هدى) yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Oleh karena itu, adalah tugas masing-masing kita untuk memahami setiap ajaran yang ada di dalam al-Quran dan al-Sunnah agar kita dapat menjalani kehidupan ini sebagaimana mestinya. Apalagi, pada saat ini, terlalu banyak tantangan hidup dan godaan yang dapat menyilaukan dan menutup mata kita dari jalan lurus yang harus dilalui. Dengan pemahaman yang baik terhadap ajaran Islam serta pengamalan yang konsisten/istiqamah setiap ketentuan yang ada di dalamnya, insya Allah, kita akan menjadi hamba yang diridhai dan selamat. Memahami ajaran Islam bukan hanya kewajiban para ulama dan santrinya. Belajar agama dalam pengertian memahami pedoman hidup yang diberikan oleh Allah adalah kewajiban mutlak setiap individu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Menurut ajaran Islam, manusia diciptakan bukan untuk main-main, dan tugas hidup manusia bukanlah untuk mencari kesenangan dan kebahagiaan dirinya seperti yang dipahami kaum hedonis, melainkan untuk mengabdi, yaitu mewujudkan dan melakukan hal-hal yang dikehendaki dan diridhai oleh Allah swt Yang Maha Mencipta, yaitu perbuatan yang disebut al-Quran ’amal shalih. Hidup bagi manusia adalah ujian dari Allah yang akan menentukan mana di antara mereka yang mampu melakukan hal-hal terbaik yang mungkin dilakukannya dengan modal yang ada.
الذى خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور (الملك 2)
Masing-masing kita telah diberi modal oleh Allah swt. untuk berbuat sesuatu selama hidup ini. Tidak selamanya modal yang diberikan kepada seseorang sama dengan modal yang diberikan kepada orang lain. Allah akan menilai bagaimana kita memanfaatkan modal itu. Mereka yang kaya akan dinilai bagaimana ia memanfaatkan kekayaannya itu, yang miskin akan diuji bagaimana ia mampu menghadapi kemiskinannya. Orang yang lahir dalam keadaan buta tentu tidak akan ditagih sama dengan orang yang mampu melihat. Demikian seterusnya. Jangan mengeluh bila Anda diberi modal yang kurang karena dengan cara itu, Allah menguji kita. Sebaliknya, jangan lupa diri bila Anda mendapat amanah yang besar karena setiap yang diamanahkan kepada pasti akan diminta pertanggungjawabannya!
Manusia dituntut untuk memfungsikan dan memanfaatkan semua modal itu seefisien dan seefektif mungkin untuk mewujudkan kehidupan yang baik dan makmur. Oleh karena itu, perbuatan mubazir sangat dibenci oleh Allah swt karena dengan perbuatan tersebut seseorang telah menyia-nyiakan dan tidak memfungsikan pemberian Allah sebagaimana mestinya. Kebiasaan menyisakan makanan serta membuangnya di bak sampah adalah bagian dari kemubaziran itu. Demikian juga menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak produktif. Islam menuntut kita untuk berbuat hal-hal yang positif untuk kebaikan seluruh alam semesta (rahmatan lil’alamin). Sebaliknya, Islam melarang kita melakukan hal-hal yang bersifat merusak. Nabi mengingatkan bahwa manusia terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi masyarakatnya, apa pun profesi dan pekerjaan yang dilakukannya. Penilaian terhadap manusia bukan didasarkan atas jenis pekerjaannya. Seorang bapak yang bekerja sebagai direktur di sebuah kantor belum tentu lebih baik dan terhormat dari seorang ibu yang memelihara dan mengasuh anaknya di rumah. Bekerja di dapur tidak lebih hina dibanding bekerja di tempat-tempat lain. Tidak ada pekerjaan yang hina. Semua pekerjaan itu akan bernilai ibadah kepada Allah swt. selama dilakukan sesuai dengan tuntutan dan tuntunanNya.Dengan konsep ini, semestinya tidak ada orang yang menganggur, yang tidak punya pekerjaan.
Hidup kita harus diabdikan hanya untuk Allah swt. sebagaimana dikehendaki ayat وماخلقت الجن والإنس إلا ليعبدون (الذاريات 56) . Hidup ini harus dijalani semaunya Allah, bukan semaunya kita, apakah hidup demikian menyenangkan atau tidak. Betapa pun berat dan sulitnya tuntutan Allah, seperti mengerjakan shalat dan puasa,membayar zakat dan berkurban, serta terjun dalam perang jihad, tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya. Bila waktunya telah datang, kita harus siap dengan penuh keikhlasan untuk melaksanakannya sebagai suatu kewajiban makhluk terhadap khaliqnya. Yang dicari bukan keenakan menurut selera kita, tetapi keridhaan Allah swt. Hanya dengan cara pikir seperti ini, kita dapat memahami keikhlasan dan kerelaan Nabi Ibrahim as melaksanakan perintah Allah swt untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail as. Mustahil Ibrahim akan mematuhi perintah itu kalau hawa nafsu insani yang mengendalikan dirinya. Oleh karena itu pula, banyak perintah Allah swt, seperti shalat, puasa, zakat, dll., yang hanya ditujukan kepada mereka yang telah beriman, yaitu mereka yang percaya bahwa ia harus berbuat demikian.Allah sangat mengetahui bahwa tanpa iman, manusia tidak mungkin melakukan sesuatu yang membebani dirinya.
الله أكبرالله أكبرالله أكبرولله الحمد!
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Boleh jadi, di dalam kehidupan sehari-hari, terlihat banyak orang yang tidak beragama atau jauh dari agama, justru kaya dan tampak hidup senang. Bagi Muslim sejati, hal itu tidak akan menggoyahkan imannya. Ia akan tetap setia dalam menjalani kehidupan ini sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh Allah swt. meskipun hidup miskin dan sering menghadapi kesulitan. Hampir semua Nabi/Rasul yang disayang Allah menghadapi berbagai cobaan dan kesusahan hidup.
Khususnya kepada generasi muda Islam, saya ingin mengingatkan bahwa di luar sana terlalu banyak yang “indah-indah dan mengasyikkan”. Bila semuanya diukur dengan selera, tentu amat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Namun, sebagai Muslim, Anda harus ingat dan sadar bahwa tolok ukur kita adalah mar«±till±h, kerelaan dan kecintaan Allah, bukan kesenangan dan kenikmatan hawa nafsu. Bila Allah menuntut kita untuk menutup aurat atau melarang kita kawin dengan orang yang tidak seagama, kita harus tunduk dan patuh, meskipun dengan membuka aurat atau kawin dengan mereka yang beragama lain, orang bisa kaya dan ternama. Ingatlah bahwa orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan pasti akan celaka. Sehubungan dengan itu, mari kita renungkan peringatan Allah di dalam al-Quran:
فلا تغرنكم الحياة الدنيا ولايغرنكم بالله الغرور ... آل عمران 196
Janganlah kalian tergoda dengan kenikmatan hidup dunia. Jangan sampai godaan itu menjauhkan kamu dari Allah swt.
الله أكبرالله أكبرالله أكبرولله الحمد!
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Selanjutnya, dalam situasi umat Islam yang sangat menyedihkan saat ini, terpuruk di dalam hampir semua aspek kehidupan, politik, ekonomi, pendidikan, bahkan moral, hendaknya tumbuh kesadaran pada kita masing-masing untuk menghindari hal-hal yang justru semakin memperburuk keadaan. Sebaliknya, mari kita berikan sumbangan, sesuai dengan posisi dan kemampuan kita masing-masing, untuk memperbaiki keadaan. Kita semua punya tanggung jawab yang sama untuk mengubah kondisi masyarakat ini ke arah yang lebih baik. Momentum kurban hari ini hendaknya dapat menjadi pangkal tolak bagi kita untuk sadar dan berusaha untuk maju.Tidak lama lagi, bangsa kita akan melaksanakan pesta demokrasi, yaitu pemilu yang sangat menentukan masa depan kita sebagai bangsa Indonesia. Sekecil apapun kesalahan yang kita lakukan saat ini akan membekas dan tetap akan menjadi masalah di masa-masa yang akan datang.
Waspadalah! Belakangan ini, banyak orang yang lebih senang memberi komentar, bahkan tidak sedikit yang berbentuk fitnah dan berita yang bohong, sehingga umat Islam semakin terpecah belah. Bahkan, dengan alasan hak publik, media masa kita banyak yang senang membongkar dan membuka rahasia keluarga dan pribadi seseorang sampai ke dapur dan kamar tidurnya. Setiap hari kita disuguhi berita tentang aib seseorang. Bayangkan, bila hal itu menimpa diri dan keluarga Anda! Ada semacam rekayasa global yang mendorong kita untuk saling berhadapan dan berperang sesama kita. Karena asyiknya, kita kadang-kadang lupa akan akibat yang lebih buruk. Ingatlah bahwa Islam telah mengajarkan kepada kita, bahwa untuk menciptakan kehidupan yang aman dan tenteram, lebih baik diam dari pada memperbincangkan hal-hal yang tidak baik. قل خيرأوليصمت Tidak selamanya, kita diperbolehkan mengungkapkan sesuatu sebagaimana adanya.
Belakangan ini, masyarakat kita ramai membicarakan fatwa MUI tentang status hukum bank konvensional. Berbagai komentar, baik yang positif maupun yang sangat negatif timbul saling bersahutan. Kalau kita menyadari dengan baik duduk persoalannya, niscaya kontroversi atau ribut2 seperti ini tidak perlu terjadi. Dalam Islam, fatwa bukanlah instruksi atasan kepada bawahannya. Tugas ulama sebagai pewaris Nabi hanyalah mengingatkan sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimilikinya. Semuanya bergantung pada keimanan masing-masing. Dalam hal agama, Nabi pun tidak diberi hak untuk memaksa, tetapi hanya mengingatkan, seperti terungkap di dalam al-Quran:
فذكر إن نفعت الذكر (الأعلى 9) فذكر إنما أنت مذكر + لست عليهم بمصيطر( الغاشية 21-22)
(Hai Muhammad! Beri peringatanlah mereka jika peringatan itu ada gunanya. Beri peringatanlah! Engkau hanya bertugas memberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang punya hak untuk memaksa.)
Setiap amal yang dilakukan seseorang dinilai berdasarkan niat pelakunya. Bagi Anda yang setuju, dengan suatu fatwa, silakan ikuti dengan baik. Sebaliknya, Anda yang tidak setuju, lakukan apa yang Anda yakini. Yang penting, sikap itu harus timbul dari pemahaman yang baik terhadap petunjuk Allah swt serta kesadaran yang jujur dan tulus untuk mencari keridhaanNya. Mengikuti fatwa tersebut karena Anda pegawai Bank Syariah atau tidak mengikutinya karena sudah keenakan dengan keuntungan yang diperoleh adalah sikap yang tidak tepat dan termasuk bertuhan kepada hawa nafsu. Jangan memutuskan sesuatu karena interes pribadi dan kebiasaan hidup yang dijalani.
الله أكبرالله أكبرالله أكبرولله الحمد!
Jamaah Idul Adha Yang Terhormat!
Ibadah kurban adalah salah satu perintah Allah swt. Secara bahasa, qurban berarti mendekatkan diri. Mereka yang berkurban, pada hakikatnya, sedang berusaha mendekatkan diri kepada Allah swt. Kurban bukanlah korban yang sia-sia atau merugikan bila dilakukan sesuai dengan tuntunan Islam. Ia mempunyai makna yang dalam sebagai wujud kepatuhan dan ketundukan kepada kehendak Allah swt. Oleh karena itu, tidak dijelaskan berapa kadar kekayaan seseorang yang wajib berkurban seperti pada zakat. Ini merupakan isyarat bahwa masing-masing kita diberi hak dan kesempatan oleh Allah swt untuk melakukakan perhitungan sendiri secara jujur dan ikhlas. Dalam kondisi yang ada saat ini, apakah kita termasuk orang yang harus berkurban karena masih menerima fasilitas rezki yang cukup dari Allah sementara di lingkungan kita masih banyak orang yang hidup dalam kesulitan dan kekurangan, atau kita termasuk orang yang tidak mesti berkurban karena memang tidak memiliki harta untuk itu. Yang perlu diingat, nilai kita sebagai hamba terletak pada kejujuran dan keikhlasan kita menilai situasi dan kondisi yang ada. Itulah makna pernyataan bahwa yang akan diterima dan dinilai oleh Allah swt. bukan daging dan darah hewan yang kita kurbankan, melainkan ketaqwaan kita kepadaNya.
Melalui ibadah kurban, keimanan kita diuji. Dalam ibadah kurban kita dituntut untuk menyadari bahwa harta yang ada pada kita adalah milik Allah swt yang diamanahkan kepada kita untuk digunakan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Allah sendiri. Melalui kurban juga diuji apakah kita memiliki kepedulian lingkungan dan sosial yang baik atau tidak. Perlu disadari bahwa Allah telah mengatur adanya saling keterkaitan dan ketergantungan di antara sesama manusia. Allah menyalurkan rezki seseorang melalui orang lain. Manusia sebagai khalifah Allah berarti sebagai pelaksana tugas-tugas Allah. Oleh karena itu, siapa saja yang menghalangi rezki orang lain berarti menghalangi rencana Tuhan. Mereka yang tidak memiliki kesadaran mengenai hal ini tidaklah mudah baginya untuk berkurban. Itulah yang terjadi pada Qarun di masa Nabi Musa dan Tsa’labah di masa Nabi Muhammad saw.
الله أكبرالله أكبرالله أكبرولله الحمد!
Demikian khutbah ini, semoga ada manfaatnya. Akhirnya, marilah kita panjatkan do’a ke hadirat Allah swt Yang Maha Kuasa atas segalanya.
ان الله وملائكته يصلون على النبي ياأيهاالذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما اللهم صل على محمد وعلى ال محمد كما صليت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم وبارك على محمد وعلىال محمد كماباركت علىابراهيم وعلى ال ابراهيم فىالعلمين إنك حميد مجيد .
اللهم ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسربن فاغفر لنا ورحمنا إنك أنت الغفور الرحيم . ربنا اغفرلنا ذنوبنا وكفرعنا سيأتنا وتوفنا مع الآبرار واغفر لوالدينا وارحمهم كماربونا صغارا.
Ya Allah ya Tuhan kami, telah banyak nikmat yang Engkau berikan kepada kami, berikan pula kepada kami kemampuan dan kemauan untuk bersyukur agar semua nikmat itu betul2 dapat kami manfaatkan sebaik-baiknya!
Ya Rabbana Yang Maha Pengasih, tunjuki kami jalan hidup yang benar dan berikan kami kekuatan dan keteguhan untuk selalu berada di jalan yang benar itu!
Ya Allah, berikan kami kemampuan dan rezki yang cukup untuk dapat mengasuh dan mendidik anak-anak kami dengan baik dan benar agar mereka menjadi anak-anak yang sahleh yang Engkau ridhai!
Ya Allah Yang Maha Mendengar, kalaulah kami Engkau beri cobaan, berikan cobaan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kami! Sebaliknya, hindarkan dari kami segala bentuk cobaan yang akan menjauhkan kami dariMu!
ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم. ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وفنا عذاب النار.
عباد الله إن الله يأمربالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر فاذكرواالله يذكركم واسألوه من فضله يعطكم ولذكر الله أكبر
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar